Senin, 08 Februari 2016

Ayo, Berburu Pakaian Berkualitas Baik dan Murah di Hijab Factory Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com – Berapa harga jilbab bermerk yang ada di lemari Anda? Sepertinya, belum ada yang bisa menandingi murahnya produk di Hijab Factory, Jalan Pelajar Pejuang 45 No 25 Kota Bandung.

Sebab, hanya dengan uang receh Rp. 3.500, Anda sudah bisa mengantongi produk branded.

Ya, produk yang ditawarkan Hijab Factory memang murah meriah. Sejumlah pilihan dalaman kerudung, manset, dari berbagai bahan dijual dengan harga berkisar Rp3.500-5.000.

Sementara itu, kerudung segi empat maupun pashmina dijual hanya Rp25.000-45.000. Tak hanya itu, berbagai busana muslim seperti long cardigan yang elegan, bisa dimiliki pengunjung hanya dengan Rp75.000 per produk.

Lalu, hal serupa juga berlaku pada baju gamis yang dibanderol dengan harga Rp50.000. Bahkan, koleksi kaus cukup hadir hanya dengan harga Rp25.000.

Uniknya, harga murah meriah ini tak hanya diberikan selama pembukaan.Sebab di hari-hari mendatang,  promo-promo menarik akan terus dikeluarkan. Sehingga pengunjung bisa mendapatkan barang berkualitas dengan harga yang terjangkau.

“Produk yang kami tawarkan merupakan produk branded, seperti Zoya, Encyclo, hingga Mezora, kecuali Shafira dengan pertimbangan target pasar yang berbeda,” ujar General Manager Hijab Factory, Sunardi seusai launching Hijab Factory, Sabtu (6/2/2016).

Sunardi menjelaskan, selain hijab dan pakaian muslim, Hijab Factory menawarkan berbagai aksesori termasuk sepatu dan tas cantik.

Jadi, ketika pengunjung datang ke Hijab Factory, seluruh kebutuhan pengunjung bisa terpenuhi. Bahkan, jika pengunjung baru belajar berhijab, pelayan di Hijab Factory akan menjadi konsultan yang baik.

Selama masa promo, pengunjung akan mendapat keuntungan plus-plus. Selain mendapatkan produk branded yang murah, setiap pembelanjaan Rp100.000 dapat potongan harga Rp10.000 produk makanan Java Focaccia.

Selain itu, setiap pembelian Rp300.000, pengunjung akan mendapatkan voucher. “Ini Hijab Factory pertama di Bandung. Hijab factory ini akan memenuhi kebutuhan para pelancong di Kota Bandung,” tutupnya.

|| Mau belanja online aman dan nyaman? Klik BusanaIndonesia.com ||

Jumat, 08 Mei 2015

Abaya, Busana Tradisional Sumatera Mirip Kebaya

Sumber: busanaindonesia.com, jual kebaya hitam online

Jakarta - Sumatera merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki keanekaragaman busana tradisional dari tiap propinsinya. Namun jika diperhatikan secara garis besar, ada satu kesamaan dari busana adat yang hingga kini terus bertahan, yakni Abaya. Sebuah busana mirip kebaya yang siluetnya lebih panjang.

Percampuran antara kebaya dan baju kurung bisa dibilang wujud yang merepresentasikan abaya. Hal ini dikarenakan banyak daerah di Sumatera kental akan pengaruh budaya dan agama Islam, sehingga mengadaptasi hingga ke aspek busana. Hal ini dikemukakan oleh desainer mode Indonesia yang konsisten mengangkat koleksi bertemakan tradisionalisme, Era Soekamto, Selasa (7/8/2012) di butik Iwan Tirta, Hang Tuah, Jakarta.

Di Aceh misalnya yang didominasi kerajaan Islam, busana tidak diperbolehkan ketat sehingga dibuatlah yang panjang dan longgar. Ketika masuk dari Gujarat, kebaya-kebaya langsung berasimilasi menjadi panjang dan melonggar. Dalam proses yang cukup lama terbentuklah pakem baru.

Busana adat tersebut kini populer menjadi siluet busana muslim yang bervariatif. Aslinya, kain yang dijadikan bawahan hanyalah kain untuk menutupi siluet tubuh wanita. Namun seiring perkembangan dan modifikasi sesuai tuntutan zaman, maka cara mengikat kain menjadi opsi kreatif.

Dari segi warna, tidak ada patokan karena semua disesuaikan selera pemakainya. Bila diperhatikan, yang menjadi favorit justru warna-warna cerah yang mencolok seperti kuning, merah, hijau dan sebagainya.

Terlepas dari baju adat, di Sumatera juga kaya akan tenunnya yang secara tidak langsung menjadi identitas budaya. Hal ini pun disampaikan oleh Koestriastuti Koestedjo dari Cita Tenun Indonesia. Dari Aceh ada songket Aceh, di Sumatera Utara terdapat kain Ulos dan songket Batubara. Di Sumatra Barat ada songket Pande Sikek dan di Riau dikenal songket Riau.

Bangka Belitung memiliki tenun Cual, yakni perpaduan antara songket dan ikat. Di Jambi ada songket dan batik Jambi. Bengkulu hanya memiliki batik sedangkan Sumatera Selatan memiliki songket, ikat hingga jumputan. Di Lampung, lebih unik lagi karena memiliki kain Tapis, yakni kain yang ditenun dahulu kemudian disulam dan kemudian dikenal juga dengan istilah sulam Usus.

Dari sekian banyak warisan budaya mode tersebut, seiring berjalannya waktu ada beberapa kain dari Sumatera yang terus meningkat popularitasnya. Mereka adalah; Ulos dari Sumatera Utara, Songket Pandesikek dan sulam Bukittinggi dari Sumatera Barat, tenun Cual dari Bangka Belitung, songket Pelambang dari Sumatera Selatan hingga kain Tapis dari Lampung.

Keanekaragaman kain ini banyak yang dimodifikasi menjadi siluet gaun yang indah namun tetap menjaga kaidah kesopanan, yakni siluet abaya yang panjang dan longgar. Tidaklah heran kain-kain istimewa yang dikerjakan dengan tangan ini, jarang mengalami modifikasi yang ekstrem.

Pengerjaan yang sulit dan memakan waktu lama, membuat para penjahit maupun desainer merasa sayang untuk memotong hamparan kain yang dikerjakan dengan susah payah tersebut. Pada akhirnya, kain tersebut dibentuk menjadi gaun tanpa banyak melakukan proses pemotongan hingga dekonstruksi. Model rok panjang dan kain yang diselempangkan di tubuh bagian atas adalah perwujudan yang paling konkret.

Sumber: detik.com